Puluhan Penambang Resmi Hengkang Jadi Penambang Ilegal

Memo Timur - Pasca aksi demo yang dilakukan oleh para penambang pasir manual terhadap pemilik alat berat Backhoe (Begho) di Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro. Diam-diam, para penambang yang dulunya ikut PT. Pasirindo Perkasa malah hengkang menjadi penambang liar di lokasi baru. 


Mereka berdalih, jika lahan yang sekarang digarap oleh pihak PT, Pasirindo Perkasa mulai keras dan tidak bisa digali. Sehingga, penghasilan mereka menurun dratis dibandingkan sebelumnya. Selanjutnya, puluhan penambang ilegal itu mencari lahan baru yang kondisi pasirnya mudah dikeruk.

“Memanng sekarang saya pindah lagi menjadi penambng tradisional Mas. Soalnya lahan milik Pasirindo sudah keras tidak bisa dikeruk,” ungkap Slamet (34), salah satu dari mantan penambang PT Pasirindo. Menurutnya, kerasnya lahan milik PT. Pasirindo itu dikarenakan pasirnya sudah habis dikeruk dan hanya tersisa tanah dan bebatuan saja. Dishub Rencanakan Perubahan Jalur Bus

Kondisi yang seperti itulah, membuat para penambang PT. Pasirindo mulai berbondong-bondong pindah menjadi penambang pasir ilegal seperti yang mereka lakukan sebelum direkrut menjadi penambang PT Pasirindo. ”Kalau di lokasi baru, penghasilan mereka akan meningkat,“ imbuh Miskadin.

Tentang kembalinya warga yang menjadi penambang ilegal, Kapolsek Candipuro, Iptu Bambang Suharijanto ketika ditemui Memo Timur di kantornya belum bisa memberikan penjelasan. ”Maaf Mas, saya terburu-buru harus menemui Kapolres karena sudah ada janjian. Lain kali saja,” jelas Kapolsek sambil berlari masuk ke dalam mobil patroli yang terparkir di halaman Mapolsek. Setubuhi dan Bawa Lari Anak Gadis Orang, Yasin Diringkus

Sebelumnya, aksi demo warga Jugosari Kecamatan Candipuro yang menolak tambang dengan alat berat nyaris ricuh. Warga hampir adu jotos dengan petugas dan warga tambang, namun beruntung bisa dilerai dan aksi tidak sampai bentrok, Selasa (23/8).

Ratusan warga Jugosari menolak tambang milik PT. Pasirindo Perkasa karena menggunakan alat berat. Warga penambang tradisonal langsung datang ke lokasi tambang dan menduduki alat berat yang dibuat menambang. Sukses Tekan Inflasi, TPID Lumajang Raih Penghargaan Tingkat Nasional

Warna melakukan penolakan alat berat karena pihak pengusaha sebelumnya berjanji tidak akan menambang menggunakan alat berat. Warga yang berprofesi sebagai kuli tambang mulai terancam karena mata percahariannya digantikan mesin. 1.500 Hektare Lahan Kedelai Alihfungsi ke Padi

"Kan tadi sudah dibilang alat berat disuruh keluar, kenapa sekarang kok tetap di sini. Gak boleh, kita sering diskusi puluhan kali sudah, kalau alat berat ini tidak boleh masuk. Kalau tetap bertahan kita juga akan bertahan meskipun sampai besok, pokoknya harus keluar," ujar Miskadin, korlap aksi. (tri)

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :