Yonas Masoka, ayah kandung Aristoteles Masoka, saat diwawacarai di kediamannya - Foto: Engel Wally. |
(Lihat ini: Keluarga Alm. Theys Eluay Mengampuni Negara Indonesia)
Menurutnya, deklarasi yang dilakukan ini tanpa ada koordinasi keluarga Alm. Theys Eluay, anak kandungnya, Yanto Eluay, dengan keluarga Masoka.
"Kasus ini satu paket, kejadian 17 tahun lalu. Theys dan Aristoteles sama-sama dalam satu mobil," kata Yonas, saat ditemui di kediamannya di Kampung Harapan Distrik Sentani Timur, Sabtu (10/11/2018).
Dikatakan, isi deklarasi pada poin keempat disebutkan "Pembunuhan dan penculikan yang terjadi 17 tahun lalu tidak lagi disebut sebagai pelanggaran HAM" hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Aristotles sudah diketahui.
"Selama ini kami terbuka saja soal kasus ini dengan keluarga Alm. Theys, tetapi untuk deklarasi damai tidak ada pemberitahuan kepada kami dan apa maksud tujuan deklarasi tersebut sama sekali kami tidak mengerti," ungkapnya dengan nada kesal.
Kendati demikian, Yonas mengaku akan terus berjuang mencari keadilan atas hilangnya anak kandungnya.
(Baca laporan ini: Melawan Lupa: Penculikan dan Pembunuhan Terhadap Theys Eluay, 11 November 2001)
Kata Yonas, sudah berkali-kali dirinya mendatangi Komnas HAM di Jakarta. Tetapi hingga kini tidak ada jawaban pasti terhadap permintaan mereka. Hal yang sama juga telah dilakukan ke Komnas HAM Papua.
"Ini tahun politik jadi, kita lihat saja apa yang akan terjadi setelah deklarasi damai tersebut. Saya rasa deklarasi damai yang dilakukan ini juga bagian dari komoditas politik," ungkapnya.
Sementara itu, Yanto Eluay, anak kandung alm Theys Eluay, ketika dikonfirmasi terkait hal ini mengaku tidak melakukan koordinasi sebelumnya dengan keluarga Masoka.
"Kalau keluarga Masoka ingin berjuang terus, silakan saja. Kami hanya ingin melakukan sesuai dengan iman percaya kami kepada Tuhan untuk memaafkan serta memberikan ampunan kepada siapa saja yang terlibat dalam kejadian 17 tahun silam. Selain Itu, kami minta agar kejadian ini tidak lagi digunakan sebagai komoditas politik yang berlebel pelanggaran HAM," katanya. (*)
Copyright ©Tabloid JUBI"sumber"
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com