Bismillah.
kisah pemenangan saya di pileg 2014😬

Mumpung paripurna jadi bisa nyambi🤣

*8 Catatan Pemenangan Elyn di Pileg 2014*

*1. Awal Pencalegan*
Awalnya,  saya diminta nyaleg untuk memenuhi 30% quota perempuan. Waktu itu yang minta saya adalah Kabid Kaderisasi DPD PKS Temanggung,  yg kebetulan di pileg 2014 itu menjadi caleg nomor 1 di dapil saya. Waktu pertama kali diminta,  saya dg tegas menolak dengan alasan waktu itu sedang hamil tua. Dan sebagai gantinya saya ajukan suami saya untuk menggantikan.  Tp apapun alasan saya,  di tolak mentah2. Sifatnya wajib,  tidak boleh bilang tidak. Bahkan beliaunya bilang,  "wes,  mb elyna yg penting nyaleg,  ga usah cari suara ga papa,  bobo manis di rumah"

Alhasil kudu tha'at. 😝

*2.Meyakinkan dari awal akan menang*
Setelah DCS ditetapkan KPU,  saya menemui struktur dan bertanya "saya boleh menang apa tidak?" 😅

Waktu itu jawabannya "boleh. Siapapun boleh menang"

Mengapa hal ini saya tanyakan?  Karena bagi saya,  sekali mau dicalegkan harus berjuang betul untuk menang dan yakin untuk menang. Saya ndak mau bobok manis di rumah dan hanya menjadi pelengkap di kartu suara.

Karena sekali kita kondisikan keluarga dan bentuk tim pemenangan, mereka pengennya calon yg diusung ya menang. Mereka jelas tidak mau kerja jika kita nyaleg untuk memenangkan caleg lain.

*3.Mulai Menjaring Tim Ring 1*
Pengalaman pertama nyaleg, belum punya pengalaman,  jaringan terbatas,  semua struktur dr dpc sampai dpra hingga seluruh kader diwajibkan membantu caleg nomor 1 (waktu itu saya nomor 3), semua desa basis harus ikut nomor 1, itu kondisi yang "sesuatu banget".

Ditambah kondisi Tetangga dan masyarakat sekitar yg 98% moncong putih, membuat tantangannya berat pake poool😃.

Tp bismillah aja,  saya coba kumpulin keluarga dulu.  Hasil positif.  Mereka menyambut baik.  Singkat cerita, dari keluarga n teman dekat inilah akhirnya terbentuk "tim 25".

Tim 25 ini amah semua lho ya,  wong semua kadernya ditaklimatkan harus bantu caleg nomor 1😅

*4. Tim 25 melahirkan tim ring 2*
Pekerjaan pertama yg dilakukan oleh tim 25 adalah mencari jaringan,  di desa yang sebelumnya belum pernah ada pks nya sama sekali. Setiap hari mereka harus jalan,  ngubungi keluarga, teman, kenalan.  Setelah ada respon positif, baru saya followupi dg langsung bersilaturahim dan closing.  Begitu setiap hari dilakukan,  dg target minimal satu desa dapat satu orang.

Orang2 yg berhasil di closing inilah yang akhirnya jadi tim ring 2

*5. Tim ring 2 menghasilkan tim ring 3*
Tugas tim ring 2 ini adalah mencari jaringan di desa masing2, mulai dari tingkat dusun sampai tingkat rt. Orang2 yg berhasil direkrut inilah yg kemudian kita sebut tim ring 3, yang kerjanya langsung bersentuhan dengan masyarakat.

*6. Ring 2 dan ring 3 kerja bersamaan,  tim ring 1 pengecekan*
Ring 2, ring 3 kerja mencari massa, ring 1 memantau tanpa ring 2 dan ring 3 tahu.

Loby bisa di tingkat rt atau dusun,  bisa door to door.  Ada yg berhasil closing kolektif shg bisa dikontrak sedusun,  ada yg kontrak se rt,  ada yg one by one.

Untuk yg kolektif, Tugas tim hanya sampai loby,  closing dipegang caleg. Untuk yg per orang,  yg closing langsung tim

*7. Hati2 tertipu*
Siap jadi caleg jadi,  siap menghadapi berbagai tipe orang dan berbagai kepentingan.  Mulai dari orang yg memelas,  calo suara, sampai yg mengaku orang pintar😅. Mulai dari yg tulus dikasih uang bensin ga mau,  sampai yg dateng hanya karna mau berhutang. Mulai dari ustadz sampai preman.


Waktu itu karena pengalaman pertama,  jd feeling saya belum jalan mana yg mau bohong,  mana yg beneran bisa kasih suara dsbg. 

Alhasil,  beberapa jam setelah penghitungan suara,  wow banget rasanya.  Kejutan. 

Kejutannya apa?  Dari 7000 suara yang di closing,  suara yg masuk by name saya cuma 1300 suara,  meski yg noblos partai lumayan. Jadi suara yg masuk hanya sekitar 20%
🤣

Tapi alhamdulillah masih rezeki saya,  total suara pks dari 7 caleg yg ada, pks bisa dapet kursi terakhir

*8. Perjuangan tidak berhenti hanya sampai penghitungan di TPS*
Terakhir, setelah kita menang yg harus dilakukan adalah Pengawalan suara. Pengawalan suara ini tdk berhenti di tps,  tp sampai pada penghitungan suara kecamatan dan kabupaten.

Sebagai contoh, 2014 lalu pas penghitungan di kecamatan, punya saya yg 75 dibaca 5 tok,  yg 28 dibaca 8 tok. Untung saksi kecamatan jeli,  jadi suara bisa diselamatkan.

Di kabupaten lebih parah lagi.  Bisa2nya rumus khusus untuk pks di dapil saya salah.  Lagi2, butuh saksi yg jeli dan berani.

Itu pengalaman 2014, untuk strategi saya di 2019 ini saya ganti karena byk evaluasi

Subscribe to receive free email updates: