Tempat-tempat Keramat Suku Besar Yerisiam Gua Terus Saja Dibabat

Tempat-tempat Keramat Suku Besar Yerisiam Gua Terus Saja Dibabat
Yuliana Akubar, Plt. Kepala sub suku Sarakwari Suku Besar Yerisiam Gua. Jubi/Titus Ruban.
Nabire -- Hutan milik Suku Besar Yerisiam Gua terus dibabat habis, termasuk tempat-tempat keramat dan dusun sagu. Perusahaan Sawit, perusahaan pembuat jalan dan jembatan ikut andil.

Ada ribuan pohon sagu yang kini berganti pohon sawit milik PT. Nabire Baru dan PT. Sariwana Adi Perkasa. Padahal dusun sagu tersebut merupakan peninggalan leluhur. Dari 25 ribu Ha lahan sawit saat ini, ada hampir 15 ribu Ha merupakan dusun sagu yang di dalamnya terdapat beberapa tempat keramat, karena dahulu pernah dijadikan tempat tinggal empat sub suku yang ada.

Padahal Dusun Sagu merupakan lumbung makanan utama bagi suku ini.

Kini, satu bukit yang dipercaya pernah menjadi tempat tinggal sub suku Sarakwari, Suku Besar Yerisiam Gua, juga tidak luput dari perusakan yang dilakukan oleh satu perusahaan pembuat jalan. Nama bukit itu Akudjama.

PT. Dewa Kresna, perusahaan yang mengerjakan jalan Trans Nabire - Wasior melakukan penggusuran di salah satu bukit yang dianggap keramat oleh sub Suku Sarakwari.

Perusahaan tersebut, diketahui sudah melakukan pekerjaan jalan dan jembatan khususnya jalan trans nasional, hampir 15 tahun terakhir.

Bukit Akudjama, menurut sub Suku Sarakwari merupakan tempat yang dikeramatkan. Dulu, moyang dan leluhur mereka pernah menjadikan tempat ini sebagai perkampungan. Sebelum akhirnya berpindah ke kampung Sima, seperti saat ini.

(Lihat ini: 5 Suku di Kabupaten Keerom Papua Punah)

Plt. Kepala sub suku Sarakwari, Yuliana Akubar mengatakan telah mendengar kabar jika bukit tersebut telah dihancurkan untuk pembangunan jalan. Dia pun bersama beberapa orang mengecek ke lokasi.

“Dan ternyata benar (dirusak). Di bukit itu, ada dua batu tempat moyang duduk-duduk,” ujarnya saat ditemui Jubi. Rabu (12/9/2018).

Setelah melihatnya langsung, pihaknya kemudian menghentikan pekerja jalan. Mereka meminta ada pembicaraan terlebih dahulu dengan pimpinan perusahaan.

“Kami mau tanyakan ke perusahaan, kenapa sampai bukit ini digusur. Siapa yang suruh. Sebab tempat ini kami jaga, tidak boleh siapapun tebang pohon sembarang, karena kami anggap keramat . Kami mau jaga turun temurun,” jelasnya.

Menurut dia, perusahaan seenaknya masuk serobot tanpa ada koordinasi dengan tua-tua adat setempat. Perusahaan langsung datang sulap tanap adat jadi kebun sawit atau jalan.

“Kami heran, semua yang datang tidak pernah bicara dengan tua-tua adat, kaget-kaget hutan sudah habis,” katanya.

Ketua Badan Musyawarah Adat (BMA) Suku Besar Yerisiam Gua, Ayub Kowoi mengatakan pihaknya akan menyurati pemerintah dan DPRD Nabire untuk memediasi pertemuan antara masyarakat dengan pihak perusahaan, untuk memertanyakan dan meminta pertanggungjawaban mereka.

“Karena sudah rusak hutan maka harus dipertanggung jawabkan,” katanya.

Hingga berita ini diturunkan, Jubi belum berhasil menemui PT Dewa Kresna untuk mengkonfirmasikan hal tersebut. (*)

(Baca ini: Dr Willem Burung: Jangan Sampai Bahasa Di Papua Punah)


Copyright ©Tabloid JUBI "sumber"
Hubungi kami di E-Mail: tabloid.wani@gmail.com

Subscribe to receive free email updates: