 |
| Aksi demo ratusan mahasiswa di Mapolres Bone baru-baru ini berakhir ricuh. (BONEPOS/IST). |
KAHMI menilai, apa yang saat ini terjadi di korps berbaju coklat itu merupakan salah satu bentuk ketidakmampuan sosok Kapolres Bone AKBP Raspani sebagai pengayom ditengah-tengah masyarakat maupun dijajarannya sendiri.
"Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masalah, mulai dari bendera jatuh, bentrok mahasiswa dan Polisi di Polres, Oknum Polisi menantang mahasiswa hingga Praperadilan yang saat ini tengah hangat dibicarakan," ungakap Sekretaris KAHMI Bone, Eddie Muliadi Ikram.
Lebih jauh Eddie mangatakan bahwa, kondisi ini membuktikan bahwa Kapolres Bone belum bisa beradaptasi dengan lingkungan yang ada di Bone, yang mengedepankan "Siri" (malu), Keras dan saling sipakatau (Menghargai).
"Saya melihat ada kesenjangan antara Polisi dengan Mahasiswa, Polisi dengan LSM, NGO dan Masyarakat termasuk insan pers sendiri. Kami merindukan sosok polisi pengayom, kami rindu penyelesaian masalah dengan duduk santai tanpa adanya pukulan dan gas air mata," jelasnya.
Eddie menjelaskan, bahwa jika menarik benang merah dari apa yang terjadi sekarang, ada kecenderungan pembiaran yang dilakukan Kapolres Bone, dimana seharusnya beliau mengedepankan pendekatan persuasif, komunikasi yang baik dengan cara duduk bersama dalam menyelesaikan setiap masalah.
"Kami berharap dengan adanya masalah ini, Kapolres bisa menginstroveksi diri, menggalang semua pihak, serta senantiasa mengawasi dan menindak anggotanya yang mencoba memperkeruh suasana dengan memancing emosi setiap ada masalah yang timbul di masyarakat, seperti baru-baru ini," harapnya.
PEWARTA : SUPARMAN WARIUM
EDITOR : RISWAN
COPYRIGHT © BONEPOS 2016
