Aakj: Kecoh juga sebab video ini tular dalam semua aplikasi internet. Ingatkan tragedi penderaan yang amat sadis.
Pernah dengar tentang tradisi Bau Nyale? Itu adalah sebuah tradisi dari masyarakat Lombok, NTB yang tinggal di tepian laut untuk berburu sejenis cacing. Eit, jangan keburu jijik dulu, karena ini bukan cacing biasa yang hidup di tanah melainkan jenis cacing laut.
Cacing laut dalam tradisi Bau Nyale adalah sejenis cacing langka yang hanya muncul di pinggir pantai Lombok setahun sekali saja. Cacing nyale yang oleh warga setempat biasanya diolah menjadi makanan atau langsung dikonsumsi mentah itu memang unik.
Konon, tradisi tersebut sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu. Kisah awal mulanya juga menjadi legenda yang hingga kini masih diyakini kebenarannya. Bermula dari seorang putri raja bernama Putri Mandalika dikaruniai wajah sangat cantik.
Mandalika disukai oleh para pangeran dari kerajaan lain yang ingin mempersuntingnya. Mereka berlomba-lomba memikat hati Putri Mandalika agar mau menikah dengan salah satu di antara pangeran tersebut. Bahkan, jika sang putri memilih satu dari pangeran itu, maka yang lainnya mengancam akan berperang melawan kerajaan yang lain.
Tak ingin terjadi pertumpahan darah, Mandalika pun akhirnya berkorban. Ia melarikan diri ke pantai dan terjun ke laut. Di sana sosok sang putri menghilang, dan muncullah cacing-cacing laut berwarna warni yang diyakini merupakan penjelmaannya.
Tradisi Bau Nyale biasanya dilakukan antara bulan Februari – Maret, dengan beberapa rangkaian upacara adat bernama Pasola. Diawali dengan perang-perangan yang diikuti oleh kaum pria, mereka memakai kendaraan kuda dan bersenjata lembing kayu. Itu berlangsung pada siang hari. Lalu di pagi harinya barulah Bau Nyale atau berburu nyale dilakukan bersama-sama.
Warna cacing yang ada di pinggir pantai tersebut ada yang putih, hijau, hitam, kuning, dan coklat. Jika demikian maka warga setempat senang karena diyakini bahwa panen masa mendatang akan berlimpah.