 |
Awalnya, saya dan teman cuma ngobrol-ngobrol iseng saja di masjid selepas Shalat Zhuhur. Nggak ada yang penting. Kami hanya melepas penat setelah melakukan aktivitas di luar, lalu memilih tiduran sambil diskusi ringan. Katanya, "Sedih juga, Bro, kalau ngeliat anak-anak muda nongkrong-nongkrong nggak jelas setiap malam."
"Emang ente liat anak muda dimana?"
"Noh, di depan perumahan kita juga banyak. Sampai malam nggak jelas apa yang dikerjakan. Padahal mereka tuh masih pada usia sekolah. Yah, kalau diperhatikan dari raut wajahnya sih, paling SMP atau SMA."
"Bisa jadi malah mereka udah nggak sekolah, Bro." kata saya ringan. Menatap langit-langit masjid.
"Iya juga sih." Diam sebentar, "Kasihan ya, kalau mereka udah nggak sekolah di usia itu. Berarti, kan, ijazah mereka paling hanya SMP dan SMA saja, toh?"
Saya mengangguk, tidak bersuara.
"Dengan ijazah itu, jika mereka nanti mencari pekerjaan, paling banter hanya menjadi OB, Clening Service, atau buruh kasar lainnya. Halal, sih. Tapi, ya kita semua tahu lah ya, penghasilannya pasti tidak akan besar. Lalu, kalau mereka menikah dan punya anak, kehidupan mereka kembali susah. Nggak bisa nyekolahin anaknya dan muter-muter begitu saja nggak berubah-ubah."
"Kayak lingkaran setan ya, Bro?" saya bertanya.
"Begitulah..."
Saya diam sejenak, lalu bertanya, "Harus ada solusinya sih, punya ide?"
Ditanya demikian, teman saya kemudian malah antusias, ia menjelaskan, "Ada sih. Kita ajarin saja mereka bisnis online. Ajarin ngeblog dan google adsense, ajarin desain grafis, ajarin FB Ads, dan sebagainya. Nah, kalau mereka bisa dan serius, semua keterampilan itu bisa digunakan untuk mencari penghasilan dan memperbaiki taraf hidup keluarganya toh?"
Saya mencerna sejenak, lalu mengangguk mantap, "Iya juga ya, bagus tuh!"
Begitulah cerita awalnya, hingga kemudian saya dan kawan-kawan bersepakat untuk menjalankan program yang kami beri nama Rumah Muda Indonesia. Kami menyediakan rumah bagi pemuda-pemuda yang kurang beruntung perekonomiannya, yang putus sekolah karena masalah biaya, untuk dilatih, dididik, dibina, menjadi seorang pebisnis online yang handal.
Harapan kami simpel, semoga saja, keterampilan yang akan kami ajarkan itu bisa menjadi sumber penghasilan mereka di masa depan. Sehingga perekonomian keluarga bisa baik, lalu anak-anak mereka nanti tidak putus sekolah lagi. Mudahnya, kami mencoba memutus lingkaran setan yang saya jelaskan di atas tulisan ini.
Sampai detik ini, ketika tulisan ringan ini dibuat, sudah ada 12 berkas calon siswa yang masuk ke saya. Dari 12 calon siswa ini, nantinya akan saya pilih 10 orang dan kemudian mereka akan dibina selama satu tahun penuh. Gratis! Mereka bahkan difasilitasi dengan laptop masing-masing 1 unit, wifi 24 jam, makan 3 kali sehari, dan masih banyak lagi.
Secara pribadi, saya menilai program ini keren, pake banget malah! Kapan lagi bisa belajar bisnis online gratis? Satu tahun penuh lagi!
Nah, jika di sekitar teman-teman ada pemuda yang berusia 17 - 20 tahun, putus sekolah, dan kurang mampu, maka bolehlah ditawarkan untuk bergabung. Silakan pelajari program ini DISNI
Jangan lupa bagikan tulisan ini kepada siapa saja.
Terimakasih
Salam
Bang Syaiha