Orang Asli Papua yang Harus Menentukan Masa Depannya

Orang Asli Papua yang Harus Menentukan Masa Depannya
Orang Asli Papua pelaku ekonomi kerakyatan.
Jayapura -- Sekretaris Fraksi Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) DPR Papua, Natan Pahabol menyatakan, masa depan Papua dan orang asli Papua ditentukan oleh mereka sendiri. Bukan pemerintah pusat maupun pihak luar Papua.

Ia mengatakan, maju tidaknya Papua ada di pundak orang asli Papua. Baik tidaknya Papua dimasa mendatang, ada pada diri orang asli Papua.

"Orang asli Papua harus menolong Papua dan dirinya sendiri. Bukan orang pusat atau orang dari luar negeri," kata Natan Pahabol akhir pekan lalu.

Natan mengutip kalimat yang pernah disampaikan, Izaac Samuel Kijne, salah satu zending yang masuk ke Papua sekira tahun 1923 yang mengatakan, sekalipun orang memiliki kepandaian tinggi tapi tidak dapat memimpin bangsa ini. Bangsa ini akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri.

"Bekerja untuk tanah ini harus dengan hati tulus, dengan kasih, peduli pada alam. Jangan utamakan uang," ucapnya.

Katanya, para misionaris, zending, penginjil dan tenaga sukarelawan lainnya dari Eropa yang datang ke Papua, puluhan bahkan ratusan tahun lalu membangun Papua dan orang asli Papua dengan hati. Mereka rela meninggalkan kenyamanan di Eropa dan datang ke Papua dengan tujuan menyelamatkan orang asli Papua lewat misi pekabaran injil.

"Mereka bekerja karena panggilan hati. Mereka bertahan puluhan tahun dipedalaman Papua. Mereka datang bukan kerena uang. Ini harus jadi motivasi untuk anak-anak Papua yang ingin menolong orang asli Papua. Apakah mereka sebagai penginjil, pengajar dan tenaga medis sukarela serta lainnya," katanya.

Kata Natan, berbagai pengalaman para misonaris, zending, penginjil dan sukarelawan yang datang ke Papua lalu, ditulis dalam sebuah buku "Bersatu Dalam Tuhan". Tepat 60 tahun berdirinya Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua, 26 Oktober 2016 lalu.

"Buku itu kumpulan semua orang yang pernah bekerja di Papua dan sudah kembali ke negerinya. Baik tenaga medis, guru, tukang, pendeta dan lainnya. Buku itu menceritakan bagaimana hidup para misionaris dalam bidangnya masing-masing. Dalam buku itu ada pengalaman Izaac Samuel Kijne, Carl Wilhelm Ottow dan Johann Gattlob Gaisler serta lainnya," imbuhnya.

Namun dalam kenyataannya, seringkali sesama anak asli Papua berkonflik dalam beberapa hal tertentu. Hal ini sangat disayangkan oleh Ketua DPR Papua, Yunus Wonda. Menurutnya, sesama anak asli Papua jangan saling menjatuhkan satu sama lain. Harus bersatu membangun Papua.

"Kalau sesama anak asli Papua sendiri tak bersatu, bagaimana bisa membangun Papua. Tidak mungkin menunggu pihak lain untuk membangun Papua," kata Wonda belum lama ini.

Menurutnya, anak Papua sendiri yang harus membangun, menentukan masa depan Papua serta mengangkat semua potensi di daerahnya.

"Saya yakin semua anak Papua bisa. Kini yang dibutuhkan saling bahu membahu, memberikan dorongan untuk membangun Papua ke arah yang lebih baik lagi," ucapnya. (*)



Copyright ©Tabloid JUBI

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :