M. Awaluddin A. |
Terlanjur tertulis di postingan sebelumnya bagian 1, maka dengan sendirinya mesti ada bagian ke-2. Tapi tidak selamanya punya yang ke-1 harus ada yang ke-2,apalagi yang ke-3, yakinlah bila ini saya kaji mendalam maka arus protes garis keras akan mengalir, utamanya mereka yang pantang diduakan.
“Warani puno bata-bata” adalah istilah bugis dimana terjemhannya kurang lebih seperti ini “berani mematahkan keraguan”. Istilah ini akrab dikalangan muda “lampa/pasolle” “sering berkelana” mencari jati diri, atau memperlihatkan eksistensi tentang aktualisasi dirinya. Kalimat ini kadang dijadikan jimat untuk memompa semangat keberanian,saat ragu-ragu itu membayangi dan keputusan penting mempertaruhkan masa depannya.
Zaman semakin berubah, tetuah kami yang sering diistilakan generasi Y paham akan cara memanfaatkan kalimat ini, paham akan bagaimana mereka dulu memompa keberaniannya untuk mematahkan keraguan. Saatnya kembali mensinergikan dengan bapak kita, om kita, kakek kita dan mereka yang paham akan cara merealisasikan kalimat filosof ini. Namun saran saya baiknya kita temu kenali lebih dini apa yang menjadikan kita sangat ragu dengan kondisi kekinian.
Ragu yang umumnya lebih banyak muncul dekat dari nadi kita adalah “keluar dari zona nyaman”, dan terus bertumpuk, bergerombol dan berdesak-desakan menikmati apa yang sudah ada dan dimana kita berada. Bukankah telah dituliskan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib umat bila bukan mereka sendiri mengubahnya. Betul rejeki ditangan Tuhan, tapi akan terus di tangan Tuhan bila kita tidak berusaha meraihnya.
Prof Murtir Guru Besar IPDN pernah menterjemahkan tentang waktu itu adalah uang, bahwa semua manusia di dunia ini diberi waktu oleh Allah sama yakni 24 jam.Anda mau jadi apa di tentukan oleh seberapa jauh teman-teman memanfaatkan waktu tersebut.
Mau jadi pakar domino, maka gunakan lebih banyak dari 24 jam untuk hal itu, bila ingin jadi pembalap, maka gunakan 24jam itu lebih banyak untuk latih skill balap anda. Bila ingin menjadi pedagang maka 24 jam itu baiknya digunakan untuk memikirkan dan meluangkan waktu untuk tujuan dimaksud. Bila ingin jadi playboy maka gunakan 24 jam itu lebih banyak.
Keluar dari zona nyaman memberikan gambaran tentang ikan di dalam aquarium berbentuk toples besar yang ikannya ada 10 ekor berdesakan dan sulit mencari ruang karena sempitnya. Padahal disebelahnya ada aquarium yang sejenis yang ikannya hanya ada 1 ekor. Pilihannya dua bila keluar, “konyol” atau “sukses besar”.
Izinkan saya tersenyum sejenak untuk menghayalkan gaya ikan mas koki ini, saat konyol dengan gayanya terlentang dengan kekuatan ekornya terus menggelindingkan badannya sambil terhentak sehingga kelihatan melompat-lompat, beraharap ada tuannya yang mengangkatnya dan memasukkan di tempat yang lebih nyaman.
Warani puno bata-bata, sangat dibutuhkan saat pengambilan keputusan seperti case di atas. Banyak case yang bisa saya ceritakan untuk ini, diantaranya saat kalian berkendara motor tiba-tiba lampu hati-hati di “traffic light” menyala, maka kelihatan semua karakter pengendara secara personal dan budaya daerah yang ada di wilayah itu.
Ada yang gas full, ada yang dengan tenang menghentikan kendaraannya, ada juga yang dengan spontan dan tergesa-gesa menghentikan kendaraannya tampa memikirkan siapa yang ada dibelakangnya.
Dikalangan muda lebih lazim dengan bagaimana mereka menyatakan cinta ke wanita idamannya apalagi diidamkan teman-temanya, dan lebih menantang lagi wanita kekasih temannya. Ataukah memberanikan diri untuk meminjam motor teman untuk sekedar mengajak jalan wanita idamannya dengan uang pas-pasan di dompet.
Sebenarnya “warani puno bata-bata” ini mungkin sangat bermanfaat untuk bisa menghadapi tantangan dan ancaman yang ada di diri kita dan sekeliling kita. Keluar dari tanggungan orang tua, tidak menjadi beban untuk saudara-saudara kita yang berpenghasilan.
Tidak menjadi beban buat teman-teman setongkrongan yang lebih banyak disubsidi dari mensubsidi tongkrongan. Keluar menampakkan kebolehan kita baik di ilmu pengetahuan pendidikan, olahraga, desain, fotography maupun tampil di forum-forum nasional bahkan internasional.
Berani berdiri di kaki sendiri dan menarik banyak orang untuk sama-sama bisa berdiri bersama dari sudut pandang ekonomi. Sekolah lebih tinggi untuk bisa berkarya dan sederajat dengan mereka yang mudah bersekolah dengan uang orang tuanya. Berani keluar dari zona nyaman untuk bisa lebih bermanfaat dengan karya.
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di depan mata, era digitaliasai mulai membayangi untuk menjajah. Anda akan diperbudak dengan keputusan anda sendiri, memperbudak diri sendiri, dan memudahkan diperbudak dengan situasi apalagi diperbudak oleh mereka-mereka yang sangat teliti memanfaatkan peluang dan situasi ini.
Jadikan leluhur kita bangga akan “warani puno bata-bata” ini sebagai senjata bertahan untuk pribadi dan bangsa kita, bahkan untuk menyerang mereka dalam ukuran positif. Tinggikan standar kita dengan terus memacu dan keluar dari keragu-raguan keputusan.
PENULIS : M. Awaluddin A.
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Administrasi Publik
EDITOR : RISWAN
COPYRIGHT © BONEPOS 2016